Tuesday, November 15, 2011

CERPEN REMAJA "KESEMPATAN KEDUA"



KESEMPATAN KEDUA

Aku membangunkan kesunyian dari tidur dan mimpiku. Bulan bintang cahanya membias alam penantian panjang. Sebelah Barat, lengkungancakrawala bertabur emas. Senja perlahan mulai merayap. Burung-burung mulai pulang ke pangkuan dn angin disela dedaunan pohon vinus menjanjikan kegelisahan.
Wanita paruh baya sesekali matanya menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya tampak benar raut kegelisahan tercermin diraut mukanya. “Sudah hampir 3 jam aku duduk menunggunya” gumam wanita itu dalam hatinya. Perlahan aku mendengar wajahnya dari jauh. Ia tampak letih. Mungkin banyak pekerjaan di kantor. Ingin sekali aku mengukuhnya dalam pelukanku untuk membagi beban. Namun tiba-tiba beku kembali.
Akus egera amsuk ke kamar. Betapa dinginnya malam yang ku habiskan hampir dua tahun belakangan ini. Separuh ranjangku sudah tidak berpenghuni lagi. Isi semua gara-gara perempuan itu! Ia telah merebut mas Heru dari sisiku.
Sebetulnya aku sudah tidak tahap hidup seperti ini. Aku ingin larid ari kenyataan pahit kehidupan rumah tanggaku. Seandainya saja tidak ada perempuan itu, hidupku pasti masih bahagia hingga saat ini. “Mas Heru kemana saja? Kok jam segini baru pulang ?” tanyaku cemas “Banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan di kantor, Vina”.
Ya, mas heru memang sibuk di kantor. Dapi sesibuk-sibuknya di kantor biasanya ia tidak pernah pulang selarut ini. Dan ini sudah berlangsung beberapa bulan belakangan. Aku tidak pernah menyangka di balik itu semua ada sesuatu yang ia tutupi. Perselingkuhan……
Suatu kali aku memergoki Mas Heru di sebuah pertokoan saat jam makan siang, ia sedang menggendong mesra seorang perempuan yang jauh lebih muda dariku. Mungkin ini petunjuk dari Tuhan. Aku tidak pernah datang ke pertokoan itu di siang hari, tapi hari itu aku ingin sekali pergi ke sana untuk membeli sesuatu. Dan pemandangan yang tak terlupakan itu membuat hatiku pedih seperti ditikam  belati. Aku tidak menghampiri Mas Heru. Aku langsung beranjak pulang. Sesmpai di rumah aku menangis sejadi-jadinya. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, aku tidak bisa berfikir. Malam harinya Mas begitu Mas Heru tiba di rumah aku langsung memberondongnya dengan pertanyaan-pertanyaan. “Mas siapa perempuan itu?” tanyaku setengah berteriak. Air mataku tak dapat dibendung lagi. “Perempuan mana? Maksud kamu apa sih?”. Dahi Mas Heru berkerut. Tapi matanya menyiratkan kecemasan yang amat sangat. “Jangan berlagak bodoh Mas. Aku sudah tahu semuanya”. Aku terisak-isak.
“Ceraikan aku Mas, aku tidak sudi di khianati”. Pintaku pilu “Vina, kita bisa bicarakan baik-baik. Tenangkan dirimu”. “Kamu sudah berselingkuh dan kamu menyuruhku tenang? Kamu pikir hatiku dibuat dari apa?” Aku berteriak “Vina. Maafkan aku. Aku khilaf”. Mas Heru mencoba meraih tangaku yang langsung ku tepis.
“Jangan sentuh aku. Aku tidak sudi! Kamu sudah menodai cintaku!” teriakku bercmapur tangis. Aku sudah tidak tahan lagi “Mas Heru sebaiknya keluar dari kamar ini sekarang!” Mas Heru melangkah dengan d\gontai dan tak mampu berkata apa-apa lagi. Aku membenamkan wajahku dalam tumpukan bantal dan menangis. Malam itu pertama kalinya dalam pernikahan aku tidur sendiri, tak ada Mas Heru hanya air mata dan kesedihan yang menemani malamku.
Mas heru baru keluar kamar dan semalam ia tidur di kamar tamu. Aku sengaja mengunci pintu semalam. Begitu melihat ia keluar kamar aku langsung berantak dari meja makan menuju kamar. Tiba-tiba tangaku ditariknya perlahan. Aku menoleh sekilas karena kaget.
“Namanya Vani, dia sekretarisku dia bukan siapa-siapaku. Vina percayalah…”.
“Aku tidak butuh penjelasanku! Kamu tidak usah membela diri. Jelas-jelas aku lihat kamu bergandengan mesra dengan perempuan itu. Kamu mau alasan apa lagi? Mana ada maling yang ngaku?” suaraku berapi-api rasanya kepalaku sudah berasap. “nSiapka saja surat cerai segera!”. Aku membantingkan pintu kamar. Itulah komunikasiku yang terakhir dengan Mas Heru. Sejak saat itu aku tidak pernah bicara lagi dengannya, walaupun kami masih tinggal di bawah satu atap. Setelah pertengkaran itu Mas Heru memang masih pulang ke rumah, ia masih seperti dulu. Namun tiak ada lagi pijatan mesra dariku saat tubuhnya pegal-pegal. Tidak ada lagi ciuman mesra yang kulayangkan kepada bibirnya setiap kali pulang ke rumah. Sungguhnya pun aku merindukan saat-saat itu, tapi semuanya kini telah berubah sejak ada perempuan itu di hari Mas Heru. Setiap kali melihat wajah Mas Heru, selalu terbayang penghianatannya. Sudah berapa lama ia bersenang-senang dengan perempuan lain di luar, sedangkan aku setiap hari hanya mendekam di rumah seperti kucing dapur.
Ternyata Cinta Mas Heru terhadapku tidak cukup kuat, padahal dulu ia begitu gigih mendapatkan hatiku. Aku teringat masa-masa indah waktu kami pacaran, aku kenal pertama kali dengannya waktu ada pernikahan di teanggaku. Ternyata ia melirik dari belakangku dan mengaku tertarik padaku sejak pertama kali bertemu. Setelah melewati proses yang cukup lama, sekitar satu tahun akhirnya kami menjadi pasangan kekasih. Tapi ternyata kasih cinta kami tidak berjalan mulus. Orang tuaku kurang meyetujui hubuganku dengan Mas Heru karena kami berbeda suku. Tapi bukan Mas Heru namanya kalau dia menunjukkan keseriusannya di hadapan kedua orang tuaku.
Kesabaran menjalin hubungan kurang lebih 3 tahun, akhirnya kesabaran Mas Heru membuahkan hasil. Izin dari orang tua ku pun keluar perlahan-lahan mereka pun bersikap lunak. Sampai akhirnya kami pun memutuskan untuk menikah.
“Meooong.” Suara kucing menjatuhkan piring. Kucing tersebut telah membuyarkan lamunanku. Aku langsung berjalan dari tempat uduk dan menghampirinya.
Setiap malam aku tidak pernah bisa tidur nyenyak. Sejujurnya aku telah merindukan Mas Heru, aku hanya ditemani oleh bantal dan selimut yang menghangatkan tubuhku, tapi tidak untuk hatiku. Mengapa begitu sulit memaafkan Mas Heru? Egoiskah aku tidak memebrikan kesempatan kedua kepadanya?
Apakah Mas Heru masih berhubungan dengan perempuan itu? Pasti dia tertawa senang melihat hubunganku dengan Mas Heru makin terpuruk. Ya Tuhan, tunjukkanlah padaku apa yang harus aku lakukan. Hatiku melakukan perlawanan yang sangat hebat dengan pikiranku. Aku tidak tahu harus memenangkan yang mana. Mengikuti hatiku yang sebenarnya masih mencintai mas Heru atau pikiranku yang mengatakan bahwa ia telah melukaiku dan tidak dapat dimaafkan.
Tiba-tiba ada sentuhan lembut di bahuku. Aku tidak perlu menoleh untuk mengetahui tangan siapa yang berada di atas bahuku.
“Maafkan aku Vina”, suara Mas Heru terdengar sangat parau. “Setelah pertengkaran itu aku langsung memutuskan hubungaku dengan Vani. Aku berani bersumpah Vina. Kami selayaknya seperti atasan dan bawahan saja, tidak lebih dari itu”.
“Dan tidak berapa lama setelah itu Vani juga mengundurkan diri dari kantorku, dan aku tidak pernah sekali pun mencoba menghubunginya lagi”. Sambung Heru. Ingin sekali aku percata kata-katanya dan membalas, dan membalas sentuhan lembutnya. Namun aku terlalu angkuh. “Setiap malam aku selalu menantikan saat dimana kamu mau memaafkan aku, tapi kamu selalu selalu menghindari aku” suaraya begitu tertekan. Berikanlah kesempatanku sekali saja. Aku akan membuktikan bahwa aku sangat mencintai kamu”. Mas Heru memelukku dari belakang. Aku ingin berontak tapi tidak mampu dan tidak mau melepasnya. Tiba-tiba ada sesuatu yang hangat jatuh di bahuku. Air mata Mas Dani ! selama 10 tahun menikah dengannya tidak pernah kulihat Mas Heru menangis selain menangisi Almarhumah Ibunya yang meninggal 5 tahun yang lalu. Dan sekarang ia menangis karena takur kehilangan aku seketika hatiku mencair, aku langsung berdiri dan menghampirinya.
Mas aku juga minta maaf, karena selama ini tidka memberikan mas kesempatan”. Aku memeluknya erat dan seolah tak ingi melepasnya lagi. Sellau ada kesempatan kedua untuk suatu kesalahan. “Aku memaafkanmu dan melupakan kesalahanmu, aku mencintaimu Mas Heru, sampai kapanpun”.
Setelah kejadian tersebut, akhirnya kami pun hidup lebih bahagia, setelah beberapa bulan kemudian aku positif hamil dan mas Heru makin tambah sayang sama aku karena pada akhirnya kami telah dikaruniai anak dan rumah tangga kami merasa lebih sempurna daripada sebelumnya, sudah sembilan bulan aku mengandung dan kemudian melahirkan bayi perempuan yang lucu sekali, dulu mas Heru pernah bilang kalau anak pertamanya ingin perempuan dan akhirnya terkabul juga, jadi Mas Heru tambah peduli saja pada keluarga. Pulang kerja selalu tepat waktu dan kalau mas Heru ada libur kami sekeluarga menghabiskan waktu di luar untuk berlibur. Setelah beberapa tahun mas Heru mengalami perubahan di kantornya, Mas Heru sekaang dipercaya menjadi seorang pimpinan tentu saja pendapatan ma sheru pun lebih besar dari pada sebelumnya dan sekarang bisa membeli apa saja yang saya dan anak inginkan.
Hidup semakin mapan makin banyak cobaan yang kami rasakan, diantaranya belum lama ini ayahnya Mas Heru meninggal karena dibunuh orang dan aku pun mempunyai penyakit komplikasi dan di perusahaan banyak yang syirik pada Mas Heru ada lagi perempuan ganjen yang selalu merayunya. Di balik semua musibah itu ada hikmahnya pula. Kami bersyukur selama ini keluarga kami selalu diberi kesabaran dan Mas Heru pun selalu terbuka bila ada permasalahan apapun aku jadi teringat pada kejadian masa lalu yaitu perselingkuhan dengan si Vani. Aku tidak ingin mendengar apalagi melihat rasa sakit seperti itu lagi, tapi saya yakin dan percaya Mas Heru sekarang tak akan berbohong lagi berselingkuh, saya berjanji tidak akan memaafkan apalagi memberikan kesempatan, sambil menggerutu di kamar. Tidak lama kemudian lalu ada yang memegang tanganku dan memeluk erat dari belakang, lalu Mas Heru berkata “nggak mungkin Vin, saya berjanji aya akan tetap setiap sampai ajal menjemput, apalagi kita sudah punya anak, malah Nisa sudah dewasa, itu semua masa lalu tak perlu diungkap lagi”, ucap Mas Heru. Tapi aku mas… selalu merasa dihantui oleh kejadian tersebut, aku nggak ingin rumah tangga kita berantakan dan berakhir.
Tidak terasa anak kami pun sudah masuk perguruan tingi. Buah hati cinta kami bernama Nisa, Nisa sangat senang dan bangga karena sudah masuk fakultas yang dia inginkan dan jadi mahasiswa. Setelah nisa memasuki tingkat akhir dan sebentar lagi akan wisuda, Nisa bercerita di saat lagi ngumpul di runag keluarga pada aku dan Mas Heru bahwa dia sudah punya teman dekat dan lelakinya tersebut sangat baik, bijaksana, dan ingin segera meminag nisa malah nisa sudah dikenalkan sam aorang tua tersebut, tanpa sepengetahuan aku dan Mas Heru. Dan Nisa bilang bahwa lelaki dan keluarganya akan meminang Nisa, tapi aku dan Mas Heru belum bisa menyetujuinya, tak lama kemudian nisa meperkenalkannya kepadaku dan Mas Heru, setelah aku dan Mas Heru lihat dan berkenalan, tema dekatnya Nisa sepertinya anak yang baik dan bertanggung jawab akhirnya aku dan mas Heru menyetujuinya menikah dengan lelaku tersebut.
Setelah beberapa minggu kemudian keluarga pacarnya Nisa datang untuk meminang dan menentukan tanggal pernikahannya.
Tuk… tuk… tuk…
Lalu ku buka pintu, sedikit ku merenung dan aku berkata dalam hati “rasanya aku pernah lihat perempuan itu”. Setelah aku ingat-ingat ternyata selingkuhan Mas Heru dulu, tak kubayangkan aku bertemua apalagi anaknya telah mencintai anakku, rasanya saya ingin menjerit dan tak bisa berkata apa-apa, mulutku diam seribu bahasa mas heru pun tak bisa berkata apa-apa, kaget setengah mati bergitu pun Vani yang kelihatannya malu sekali. Tak lama kemudian aku pingsan, setelah sadar Nisa pun panik dan bingung, kenapa jadi seperti ini ? dan apa sebenarnya yang terjadi di pikiran Nisa lalu Mas Heru pun mencoba untuk mejelaskannya….
Nisa menangis terisak-isak dan Nisa pun menjelaskan apa yang dirasakannya Nisa berkata bahwa dia telah hamil lima bulan, Nisa sedih, entah apa yang harus dia lakukan. Aku pun dan Mas Heru tersebut dan tak yakin bahwa Nisa tega berbuat seperti itu, aku dan Mas Heru bingung apa yang harus aku lakukan, padaal aku tidak ingin kenal apalagi hubungan dengan Vani, aku ingin mengubur dalam-dalam kenangan tersebut, tapi ternyata Allah berkehendak lain malah anakku sama anak dia tidak bisa dipisahkan. Kalau berkata tidak setuju Nisa suah hamil, setelah aku dan Mas Heru berpikir, akhirnya hatiku luluh dan menyetujuinya. Vina pun minta maaf kepada aku dan mas Heru itu hanyalah masa lalu aku pun memberi kesempatan dan memaafkannya. Vani pun bersifat sopan terhadap kami dan kami pun sebaliknya, akhirnya Nisa dan Doni pun resmi menikah setelah beberapa bulan Nisa melahirkan, kami pun mempunyai cucu pertama yang tak bosan untuk ditimang-timang dan dipandangnya, sampai akhirnya hubungan aku dan Vani pun akrab, menjadi keluarga yang bahagian. Mungkin ini sudah takdir.

Theant Budiana

About the Guest Author:
Saya bukanlah orang yang ahli dalam dunia blogger tapi saya mencoba untuk berbagi ilmu dari apa yang saya ketahui dari paman saya, saya sangat suka blogging dan berbagi ilmu, tapi bukan berarti saya master blog salah besar jika sobat anggap saya hebat saya hanya seorang anak kampung yang mencoba untuk tidak kampungan dan tertinggal informasi alias GAPTEK, banyak artikel yang saya tulis di Blog Urang Sunda dan lihat juga blog saya satu lagi di Dunia Maya Saya dan klik disini untuk mengetahui lebih lanjut tentang saya


Kindly Bookmark this Post using your favorite Bookmarking service:
Technorati Digg This Stumble Stumble Facebook Twitter
warning

Anda bingung?
Jangan ragu untuk bertanya kepada saya lewat komentar di bawah, saya akan mencoba menjawabnya sesegera mungkin, bahkan jika sobat ada saran untuk saya silahkan jangan ragu untuk memberi saran kepada saya asalkan komentar no spam. Komentar anda, adalah bekal untuk kemajuan blog saya, saya akan kunjungi balik blog sobat jika sobat meninggalkan jejak sobat disini.

0 comments:

Comments
0 Comments
Facebook Comments Post by Blog Urang Sunda

Post a Comment

Sponsor BUS

Dapatkan juga sponsor untuk Blog anda dengan klik gambar di bawah, untuk mengetahui caranya KLIK DISINI. Kalo mau yang lebih tinggi penghasilannya KLIK DISINI Adsense Indonesia

Buat Blog

Alexa Rank

 

Info My Blog

cobi?
Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.NetMsn bot last visit powered by MyPagerank.Net
Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net
SEO Stats powered by MyPagerank.Net
web log free

Recent Comment

| BLOG URANG SUNDA © 2009. All Rights Reserved | Template Style by My Blogger Tricks .com | Design by Brian Gardner | Back To Top |